Pentingnya kemampuan literasi bagi seluruh WNI menjadi perhatian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (UNESA), LPPM mengadakan pengabdian kepada masyarakat atau PKM internasional menyasar WNI yang berada di Manila, Filipina, beberapa waktu lalu. PKM dengan judul ‘Optimalisasi Akademis dan Literasi Bagi Guru Indonesia di Sekolah Indonesia pada Luar Negeri’ itu diikuti para guru, dosen, mahasiswa, juga pelajar yang sedang menempuh pendidikan di sana.
Direktur LPPM sekaligus tim PKM, Prof. Dr. M Turhan Yani, M.A., mengatakan, literasi penting bagi WNI di sana. Fungsinya dalam membantu mengasah kepekaan dan tanggung jawab sosial, membangun kepedulian dan penghargaan terhadap hasil karya, menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial. Kami memilih optimalisasi literasi akademik untuk membahas literasi up-to-date yang terjadi di Indonesia seperti program MBKM misalnya, apakah bisa diterapkan pula untuk WNI yang ada di luar negeri? Yang mana mungkin mereka (WNI) belum tahu sebab terkendala budaya yang ada di sana.
Literasi bukan sebatas baca-tulis, tetapi kemampuan untuk memahami bacaan, menganalisis, dan merefleksi juga menyajikan gagasan secara terstruktur, analitis, kreatif, dan imajinatif. Selain itu, literasi tidak cukup dilakukan dengan kegiatan pembiasaan membaca, tetapi bagaimana membuat kegiatan membaca itu menyenangkan sehingga akan mampu meningkatkan minat siswa dalam memahami bacaan di seluruh mata pelajaran. Tak melulu soal buku pelajaran, membaca buku nonfiksi juga melatih seorang anak untuk mengembangkan rasa empati. Apabila fiksi digunakan sebagai media pembelajaran pengetahuan, maka itu akan memantik minat dan keingintahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari.
Saya diamanhi sebagai ketua pelaksana, (Andhega Wijaya, S.Pd.Jas., M.Or.,) menambahkan bahwa literasi adalah serangkaian kemampuan untuk berpikir tentang teks dan menghubungkan dengan teks dengan diri, teks lain, dan dunia yang lebih luas. Bagian penting literasi itulah yang mereka tekankan dalam PKM tersebut. Hal ini adalah bagian strategi membangun budaya literasi bisa dilakukan melalui tiga hal. Pertama, mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi, berarti menyediakan akses yang nyaman dan menyediakan konten literasi yang sesuai seperti buku berjenjang; Kedua mengupayakan lingkungan sosial dan penilaian afektif, contohnya seperti melakukan kegiatan membaca bersama antara guru dan siswanya ataupun orang tua bersama anaknya; Selanjutnya yaitu mengupayakan sekolah dan rumah sebagai lingkungan akademik yang literat, lingkungan yang kaya akan media kebahasaan.
PKM ini terlaksana atas kerja sama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan, KBRI di Filipina, Prof. Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi, M.Pd. Adapun tim dosen yang terlibat dalam PKM ini yaitu Prof. Dr. H. Muhammad Turhan Yani,M.A; Andhega Wijaya, S.Pd.Jas., M.Or: Dr. Oce Wiriawan, M.Kes; Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si; dan Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum; Selain itu, juga ada Dr. Nurhayati, M.T; Dr. Sri Abidah Suryaningsih, S.Ag., M.Pd; Dr. Sjafiatul Mardliyah, S.Sos., M.A; Dr. Mufarrihul Hazin, S.Pd.I., M.Pd; Biyan Yesi Wilujeng, M.Pd., Dr. Yeni Anistyasari, S.Pd., M.Kom., Amalia Ruhana, S.P., M.P.H.